Edutafsi.com - Mengenali Gejala Alam Sebagai Tanda Akan Terjadi Tsunami. Hai Sobat Tafsi, pada penghujung tahun 2018 kemarin, Indonesia dikejutkan dengan bencana tsunami yang terjadi di Banten dan Lampung. Tsunami yang terjadi di Selat Sunda itu tidak terdeteksi sehingga tidak ada sistem peringatan dini kepada masyarakat.
Menurut kepala pusat BMKG, alat deteksi yang dimiliki saat ini hanya dapat memberikan peringatan dini untuk tsunami yang disebabkan oleh gempa tektonik.
Sementara tsunami yang terjadi di Banten dan Lampung diduga kuat terjadi akibat gempa vulaknik yang ditimbulkan aktivitas erupsi gunung anak Krakatau.
Selain itu, tingginya gelombang tsunami yang terjadi saat itu disinyalir bertambah kuat karena bergabung dengan gelombang pasang akibat fenomena bulan purnama.
Kejadian di Selat Sunda menjadi pelajaran bagi kita semua akan pentingnya mengamati gejala alam dan tidak bergantung pada alat semata.
Masyarakat yang bermukim di kawasan rawan bencana perlu memiliki kepekaan lebih terhadap gejala alam yang terjadi di sekitar untuk memprediksi bencana.
Nah, pada kesempatan ini edutafsi akan membagikan informasi beberapa tanda dari alam yang dapat dijadikan peringatan terjadinya tsunami.
Tsunami adalah rangkaian gelombang laut besar yang dapat terjadi karena gempa bumi di bawah laut atau letusan gunung berapi di dasar laut.
Selain gempa bumi, tsunami juga dapat terjadi akibat tabrakan lautan dengan meteor raksasa, namun kejadian ini terbilang langka atau jarang terjadi.
Kata Tsunami sendiri berasal dari bahasa Jepang yang artinya "Gelombang Pelabuhan" karena Jepang termasuk negara yang sering mengalami tsunami.
Tsunami bukan gelombang tunggal atau gelombang pasang melainkan rangkaian gelombang yang datang secara beruntun sehingga disebut juga kereta gelombang.
Gelombang pertama yang muncul dari kereta gelombang ini umumnya bukanlah gelombang yang paling menghancurkan.
Panjang gelombang tsunami dapat mencapai 100 kilometer dan mampu menyapu tanpa henti selama 1 jam seluruh lautan tanpa kehilangan energi.
Tsunami di Aceh pada tahun 2004 disinyalir bergerak hingga hampir 5.000 kilometer mencapai Afrika. Ketinggian gelombangnya mencapai 9 meter lebih.
Tsunami Aceh merupakan salah satu tsunami terdahysat sepanjang sejarah. Tsunami hebat lainnya terjadi di Laut Cina Selatan pada tahun 1883.
Selain karena faktor teknis, faktor sosial budaya masyarakat juga menjadi pemicu gagalnya upaya penyelamatan ketika terjadi tsunami.
Oleh karena itu, Sobat Tafsi perlu memiliki kesadaran dan kepekaan terhadap fenomena sekitar yang sebenarnya merupakan tanda awal terjadinya bencana.
Lima gejala alam yang umumnya menandakan tsunami antaralain gempa bumi, turunnya air laut, gemuruh, anomali laut, dan tanda dari hewan.
Gempa bumi yang dapat menyebabkan tsunami adalah gempa yang kekuatannya cukup besar sehingga mengakibatkan pergeseran air dalam jumlah besar.
Sobat Tafsi dapat menjadikan gempa bumi sebagai salah satu tanda terjadinya tsunami. Jika terjadi gempa bumi di bawah laut, kalian perlu waspada.
Setelah terjadi gempa, segeralah mencari informasi akurat dari pihak berwenang mengenai kemungkinan gempa susulan atau adanya potensi tsunami.
Jika pemerintah mengatakan gempa berpotensi tsunami, segeralah lakukan evakuasi mandiri menuju jalur evakuasi yang telah ditetapkan.
Menurut laporan para korban yang selamat, beberapa saat sebelum terjadi tsunami Aceh, mereka melihat air laut surut secara tiba-tiba.
Jika Sobat Tafsi melihat fenomena surutnya air laut secara tiba-tiba, maka segeralah berlari meninggalkan pantai menuju lokasi yang lebih tinggi.
Jangan menjadikan fenomena tersebut sebagai tontonan karena kemungkinan besar gelombang besar akan datang tak lama setelah kejadian itu.
Fenomen surutnya air laut secara tiba-tiba dapat terjadi karena terbukanya lempengan bumi di bawah laut sehingga air laut mengisi area tersebut.
Laut biasanya akan menunjukkan gejala atau tanda terjadinya tsunami, yaitu dengan adanya rangkaian gelombang yang di luar kebiasan pasang surut laut tersebut.
Jika Sobat Tafsi melihat serangkaian gelombang yang datang secara beruntun, maka kalian perlu waspada dan segeralah meninggalkan pantai.
Ingat bahwa tsunami umumnya diawali dengan rangkaian gelombang yang kecil. Gelombang tersebut kemudian akan disusul oleh rangkaian gelombang yang lebih besar.
Bagi sebagian orang yang sudah terbiasa melihat gelombang laut, anomali ini mungkin terlihat seperti badai biasa, tapi kalian tetap perlu waspada.
Pada beberapa kasus, gemuruh tersebut mungkin tidak terdengar jelas sehingga tidak begitu diperhatikan dan luput dari kewaspadaan masyarakat.
Akan tetapi, jika Sobat Tafsi mendengar gemuruh yang tidak jelas sumbernya, maka kalian perlu waspada terlebih jika gemuruh tersebut diikuti getaran.
Beberapa kasus tsunami yang pernah terjadi seperti Aceh dan Banyuwangi, menurut laporan korban selamat, diawali dengan gemuruh yang entah dari mana asalnya.
Gemuruh yang terdengar bisa timbul akibat pergeseran lempeng di bawah bumi atau karena aktivitas vulkanik yang cukup besar di dasar laut.
Adakalanya hewan di sekitar kita menunjukkan perilaku yang berbeda dari kebiasaan karena mereka umumnya lebih peka terhadap perubahan lingkungan.
Untuk kasus tsunami, binatang seperti burung kemungkinan akan menunjukkan aktivitas migrasi besar-besaran menjauhi pantai karena mereka tahu akan ada gelombang besar.
Jika Sobat Tafsi melihat fenomena demikian, maka kalian perlu waspada dan cobalah amati gejala alam lainnya untuk melihat apakah ada potensi tsunami.
Baca juga : Hal yang Harus Dilakukan Saat Terjadi Gempa.
Sistem peringatan dini tsunami meliputi dua aspek penting, yaitu serangkaian alat pendeteksi tsunami dan sistem komunikasi bencana alam.
Seismograf merupakan senjata paling depan dalam sistem peringatan dini. Alat ini berfungsi untuk memperingatkan adanya gempa bumi di bawah laut.
Alat ini didukung dengan alat pengukur gelombang yang digunakan untuk mengetahui gelombang air laut saat terjadi gempa dan mengamati perubahan ketinggian air.
Salah satu kendala yang dihadapi dari sistem peringatan ini adalah kadangkala banyak terjadi kekeliruan sinyal. Hal semacam ini tentu sangat beresiko sehingga perlu dilakukan perbaikan.
Menurut ilmuwan di Geoscience Australia, diperlukan setidaknya 30 seismograf untuk mendeteksi gempa, 10 pengukur gelombang, dan enam sistem penaksiran tsunami di laut dalam.
Sistem komunikasi bencana meliputi infrastruktur komunikasi (alat-alat komunikasi) dan metode komunikasi peringatan kepada masyarakat.
Sistem komunikasi bencana harus diupayakan dapat menjangkau masyarakat secara luas sehingga seluruhnya dapat melakukan evakuasi mandiri.
Komunikasi ini juga mencakup upaya pemerintah dalam mensosialisasikan hal-hal yang perlu dilakukan masyarakat saat terjadi tusnami.
Salah satu alat komunikasi untuk peringatan dini tsunami adalah dengan menggunakan alarm yang akan bunyi ketika potensi tsunami terdeteksi alat.
Dengan memanfaatkan sistem peringatan dini tsunami, pemerintah dapat sesegera mungkin memperingatkan masyarakat mengenai potensi tsunami.
Dengan adanya peringatan dini, maka masyarakat setidaknya memiliki waktu yang lebih cukup (sekitar 10 hingga 30 menit) untuk melakukan evakuasi.
Sayangnya, alat peringatan dini tsunami ini masih terbilang terbatas. Menurut BNPB, alat deteksi Tusnami di Indonesia masih terbilang minim.
Saat ini Indonesia hanya memiliki sekitar 42 unit alat deteksi tsunami padahal menurut ketua BNPB, Sutopo, jumlah idealnya adalah 1.000 unit.
Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan dari segi alat peringatan tsunami mengingat sebagian besar wilayah pesisir Indonesia berpotensi tsunami.
Mendeteksi tsunami dan memperingatkan masyarakat akan datangnya tsunami adalah dua hal yang berbeda namun harus saling terkait.
Coba Sobat Tafsi bayangkan apa yang akan terjadi jika pemerintah telah mendeteksi tsunami namun sistem komunikasi untuk memberitahukan masyarakat masih minim?
Bila tsunami terdeteksi, pihak otoritas perlu memperingatkan setiap warga di pesisir secepat mungkin dengan memanfaatkan sistem komunikasi yang baik.
Menurut pengalaman pada tsunami Aceh, kegagalan evakuasi terjadi karena sulitnya menjangkau penduduk akibat tidak adanya infrastruktur komunikasi yang memadai.
Oleh karena itu, perlu diupayakan sistem komunikasi yang dapat menjangkau masyarakat secara luas dalam waktu yang cepat.
Ketika air laut saat itu tiba-tiba surut, masyarakat di pinggir pantai justru pergi ke pantai untuk melihat secara langsung fenomena alam tersebut.
Padahal, seharusnya masyarakat segera pergi menjauhi pantai. Sebagian masyarakat saat itu tidak sadar bahwa fenomena itu merupakan awal bencana.
Menurut ahli, masyarakat setidaknya memiliki waktu 5 menit untuk menjauhi pantai. Dengan melakukan evakuasi dini, kemungkinan jumlah korban dapat ditekan.
Selain minimnya pengetahuan masyarakat mengenai tsunami, masyarakat juga tidak mempunyai persiapan bagaimana melakukan evakuasi jika terjadi tsunami.
Hal itu menyebabkan masyarakat terlalu panik dan ketakutan saat tsunami tiba-tiba menerjang sehingga tingkat keselamatan menjadi rendah.
Oleh karena itu, perlu upaya dari pemerintah untuk melakukan sosialisasi mengenai tsunami dan cara evakuasi mandiri terutama kepada masyarakat pesisir pantai.
Selain itu, Sobat Tafsi yang tinggal di daerah rawan tsunami juga harus mempunyai gagasan untuk mempersiapkan bahan persedian guna menghadapi kondisi darurat.
Untuk meminimalisir dampak tsunami dan menekan jumlah korban meninggal, perlu adanya upaya untuk menata kembali pemukiman warga terutama di dekat pantai.
Pemerintah sendiri sebenarnya telah membuat peraturan mengenai batas sempadan pantai yang salah satunya ditujukan untuk antisipasi bencana.
Peraturan mengenai batas sempadan pantai diatur dalam PerPres No 51/2016. Peraturan ini mengatur tentang pengelolaan wilayah pesisis dan pulau-pulau kecil.
Pemerintah setempat diharapkan dapat segera menata ulang penggunaan ruang di daerah pesisir pantai guna mengantisipasi tsunami di masa yang akan datang.
Oleh karena itu, relokasi pemukiman yang berada di tepi pantai perlu diprioritaskan mengingat wilayah Indoneisia merupakan wilayah rawan bencana alam.
Dengan merelokasi pemukiman ke lokasi yang lebih jauh dari tepi pantai diharapkan dapat meminimalisir dampak jika terjadi tsunami.
Pemerintah setempat juga perlu melakukan sosialisasi mengenai shelter tersebut agar masyarakat tahu kemana harus menyelematkan diri saat terjadi tsunami.
Membangun tempat evakuasi yang aman terutama di wilayah yang diketahui rawan tsunami merupakan salah satu upaya yang baik untuk mengantisipasi tsunami.
Baca juga : Jangan Panik, Ini yang Harus Dilakukan Saat Tsunami!
Demikian informasi mengenai gejala alam yang dapat dijadikan patokan atau tanda akan terjadinya tsunami yang dapat edutafsi bagikan.
Jika informasi ini bermanfaat, bantu edutafsi membagikannya kepada teman-teman Kalian agar manfaatnya bisa menyebar lebih luas. Terimakasih.
Oya, edutafsi sadar bahwa informasi yang kami himpun masih belum sempurna. Oleh karena itu, bagi Sobat Tafsi yang memiliki informasi tambahan atau koreksi, kami sangat mengharapkan masukan dari Kalian.
Silahkan share saran atau pengalaman kalian di kolom komentar. Kami yakin, informasi dari pembaca akan sangat berarti bagi pembaca lainnya.
Menurut kepala pusat BMKG, alat deteksi yang dimiliki saat ini hanya dapat memberikan peringatan dini untuk tsunami yang disebabkan oleh gempa tektonik.
Sementara tsunami yang terjadi di Banten dan Lampung diduga kuat terjadi akibat gempa vulaknik yang ditimbulkan aktivitas erupsi gunung anak Krakatau.
Selain itu, tingginya gelombang tsunami yang terjadi saat itu disinyalir bertambah kuat karena bergabung dengan gelombang pasang akibat fenomena bulan purnama.
Kejadian di Selat Sunda menjadi pelajaran bagi kita semua akan pentingnya mengamati gejala alam dan tidak bergantung pada alat semata.
Masyarakat yang bermukim di kawasan rawan bencana perlu memiliki kepekaan lebih terhadap gejala alam yang terjadi di sekitar untuk memprediksi bencana.
Nah, pada kesempatan ini edutafsi akan membagikan informasi beberapa tanda dari alam yang dapat dijadikan peringatan terjadinya tsunami.
Pengertian dan Fakta Mengenai Tsunami
Sebelum kita membahas lebih jauh gejala-gejala alam yang menandakan akan terjadinya tsunami, edutafsi akan membahas beberapa fakta mengenai tsunami.Tsunami adalah rangkaian gelombang laut besar yang dapat terjadi karena gempa bumi di bawah laut atau letusan gunung berapi di dasar laut.
Selain gempa bumi, tsunami juga dapat terjadi akibat tabrakan lautan dengan meteor raksasa, namun kejadian ini terbilang langka atau jarang terjadi.
Kata Tsunami sendiri berasal dari bahasa Jepang yang artinya "Gelombang Pelabuhan" karena Jepang termasuk negara yang sering mengalami tsunami.
Tsunami bukan gelombang tunggal atau gelombang pasang melainkan rangkaian gelombang yang datang secara beruntun sehingga disebut juga kereta gelombang.
Gelombang pertama yang muncul dari kereta gelombang ini umumnya bukanlah gelombang yang paling menghancurkan.
Panjang gelombang tsunami dapat mencapai 100 kilometer dan mampu menyapu tanpa henti selama 1 jam seluruh lautan tanpa kehilangan energi.
Tsunami di Aceh pada tahun 2004 disinyalir bergerak hingga hampir 5.000 kilometer mencapai Afrika. Ketinggian gelombangnya mencapai 9 meter lebih.
Tsunami Aceh merupakan salah satu tsunami terdahysat sepanjang sejarah. Tsunami hebat lainnya terjadi di Laut Cina Selatan pada tahun 1883.
Gejala Alam yang Menandai Terjadinya Tsunami
Meskipun pemerintah telah mengupayakan peningkatan pada sistem peringatan dini tsunami, namun sistem tersebut tidak selalu dapat diandalkan.Selain karena faktor teknis, faktor sosial budaya masyarakat juga menjadi pemicu gagalnya upaya penyelamatan ketika terjadi tsunami.
Oleh karena itu, Sobat Tafsi perlu memiliki kesadaran dan kepekaan terhadap fenomena sekitar yang sebenarnya merupakan tanda awal terjadinya bencana.
Lima gejala alam yang umumnya menandakan tsunami antaralain gempa bumi, turunnya air laut, gemuruh, anomali laut, dan tanda dari hewan.
#1 Gempa Bumi
Salah satu fenomena alam yang berpotensi menimbulkan tsunami adalah gempa bumi. Gempa di bawah laut pada kekuatan tertentu dapat memicu gelombang besar.Gempa bumi yang dapat menyebabkan tsunami adalah gempa yang kekuatannya cukup besar sehingga mengakibatkan pergeseran air dalam jumlah besar.
Sobat Tafsi dapat menjadikan gempa bumi sebagai salah satu tanda terjadinya tsunami. Jika terjadi gempa bumi di bawah laut, kalian perlu waspada.
Setelah terjadi gempa, segeralah mencari informasi akurat dari pihak berwenang mengenai kemungkinan gempa susulan atau adanya potensi tsunami.
Jika pemerintah mengatakan gempa berpotensi tsunami, segeralah lakukan evakuasi mandiri menuju jalur evakuasi yang telah ditetapkan.
#2 Turunya Air Laut Secara Tiba-tiba
Gejala lain yang dapat diamati sebagai tanda-tanda munculnya tsunami adalah turunnya permukaan air laut secara tiba-tiba dalam cakupan yang relatif luas.Menurut laporan para korban yang selamat, beberapa saat sebelum terjadi tsunami Aceh, mereka melihat air laut surut secara tiba-tiba.
Jika Sobat Tafsi melihat fenomena surutnya air laut secara tiba-tiba, maka segeralah berlari meninggalkan pantai menuju lokasi yang lebih tinggi.
Jangan menjadikan fenomena tersebut sebagai tontonan karena kemungkinan besar gelombang besar akan datang tak lama setelah kejadian itu.
Fenomen surutnya air laut secara tiba-tiba dapat terjadi karena terbukanya lempengan bumi di bawah laut sehingga air laut mengisi area tersebut.
#3 Rangkaian Gelombang yang Tak Biasa
Gejala lain yang dapat Sobat Tafsi amati adalah akitivitas laut yang terlihat berbeda dari biasanya. Salah satunya adalah rangkaian gelombang yang tak biasa.Laut biasanya akan menunjukkan gejala atau tanda terjadinya tsunami, yaitu dengan adanya rangkaian gelombang yang di luar kebiasan pasang surut laut tersebut.
Jika Sobat Tafsi melihat serangkaian gelombang yang datang secara beruntun, maka kalian perlu waspada dan segeralah meninggalkan pantai.
Ingat bahwa tsunami umumnya diawali dengan rangkaian gelombang yang kecil. Gelombang tersebut kemudian akan disusul oleh rangkaian gelombang yang lebih besar.
Bagi sebagian orang yang sudah terbiasa melihat gelombang laut, anomali ini mungkin terlihat seperti badai biasa, tapi kalian tetap perlu waspada.
#4 Suara Gemuruh
Pergerakan energi yang besar di dalam tanah atau di bawah laut umumnya akan menimbulkan bunyi atau suara gemuruh yang terdengar hingga ke daratan.Pada beberapa kasus, gemuruh tersebut mungkin tidak terdengar jelas sehingga tidak begitu diperhatikan dan luput dari kewaspadaan masyarakat.
Akan tetapi, jika Sobat Tafsi mendengar gemuruh yang tidak jelas sumbernya, maka kalian perlu waspada terlebih jika gemuruh tersebut diikuti getaran.
Beberapa kasus tsunami yang pernah terjadi seperti Aceh dan Banyuwangi, menurut laporan korban selamat, diawali dengan gemuruh yang entah dari mana asalnya.
Gemuruh yang terdengar bisa timbul akibat pergeseran lempeng di bawah bumi atau karena aktivitas vulkanik yang cukup besar di dasar laut.
#5 Tanda dari Hewan
Tanda berikutnya yang dapat Sobat Tafsi jadikan sebagai pertanda akan munculnya bencana adalah tanda yang ditunjukkan oleh hewan.Adakalanya hewan di sekitar kita menunjukkan perilaku yang berbeda dari kebiasaan karena mereka umumnya lebih peka terhadap perubahan lingkungan.
Untuk kasus tsunami, binatang seperti burung kemungkinan akan menunjukkan aktivitas migrasi besar-besaran menjauhi pantai karena mereka tahu akan ada gelombang besar.
Jika Sobat Tafsi melihat fenomena demikian, maka kalian perlu waspada dan cobalah amati gejala alam lainnya untuk melihat apakah ada potensi tsunami.
Baca juga : Hal yang Harus Dilakukan Saat Terjadi Gempa.
Sistem Peringatan Tsunami
Sistem peringatan dini tsunami (tsunami early warning system) merupakan sistem peringatan yang ditujukan untuk mendeteksi potensi tsunami dan mengabarkannya kepada masyarakat.Sistem peringatan dini tsunami meliputi dua aspek penting, yaitu serangkaian alat pendeteksi tsunami dan sistem komunikasi bencana alam.
#1 Rangkaian Seismograf dan Pengukur Gelombang
Alat deteksi tsunami terdiri dari suatu jaringan sensor yang mampu mendeteksi gempa bumi bawah laut dan potensi tsunami. Alat ini juga dihubungkan dengan satelit.Seismograf merupakan senjata paling depan dalam sistem peringatan dini. Alat ini berfungsi untuk memperingatkan adanya gempa bumi di bawah laut.
Alat ini didukung dengan alat pengukur gelombang yang digunakan untuk mengetahui gelombang air laut saat terjadi gempa dan mengamati perubahan ketinggian air.
Salah satu kendala yang dihadapi dari sistem peringatan ini adalah kadangkala banyak terjadi kekeliruan sinyal. Hal semacam ini tentu sangat beresiko sehingga perlu dilakukan perbaikan.
Menurut ilmuwan di Geoscience Australia, diperlukan setidaknya 30 seismograf untuk mendeteksi gempa, 10 pengukur gelombang, dan enam sistem penaksiran tsunami di laut dalam.
#2 Sistem Komunikasi Bencana
Menurut para ahli, penanggulangan tsunami tidak hanya meluluh soal sensor semata, melainkan perlu adanya sistem komunikasi yang baik.Sistem komunikasi bencana meliputi infrastruktur komunikasi (alat-alat komunikasi) dan metode komunikasi peringatan kepada masyarakat.
Sistem komunikasi bencana harus diupayakan dapat menjangkau masyarakat secara luas sehingga seluruhnya dapat melakukan evakuasi mandiri.
Komunikasi ini juga mencakup upaya pemerintah dalam mensosialisasikan hal-hal yang perlu dilakukan masyarakat saat terjadi tusnami.
Salah satu alat komunikasi untuk peringatan dini tsunami adalah dengan menggunakan alarm yang akan bunyi ketika potensi tsunami terdeteksi alat.
Upaya Meminimalisir Dampak Tsunami
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi tsunami antaralain meningkatkan sistem peringatan dini, sistem komunikasi, sosialisasi, relokasi pemukiman, dan pembangunan shelter yang aman untuk proses evakuasi.#1 Meningkatkan Alat Peringatan Dini
Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah guna mengantisipasi dampak tsunami adalah dengan meningkatkan peralatan untuk mendeteksi potensi tsunami.Dengan memanfaatkan sistem peringatan dini tsunami, pemerintah dapat sesegera mungkin memperingatkan masyarakat mengenai potensi tsunami.
Dengan adanya peringatan dini, maka masyarakat setidaknya memiliki waktu yang lebih cukup (sekitar 10 hingga 30 menit) untuk melakukan evakuasi.
Sayangnya, alat peringatan dini tsunami ini masih terbilang terbatas. Menurut BNPB, alat deteksi Tusnami di Indonesia masih terbilang minim.
Saat ini Indonesia hanya memiliki sekitar 42 unit alat deteksi tsunami padahal menurut ketua BNPB, Sutopo, jumlah idealnya adalah 1.000 unit.
Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan dari segi alat peringatan tsunami mengingat sebagian besar wilayah pesisir Indonesia berpotensi tsunami.
#2 Memperbaiki Sistem Komunikasi
Peralatan sensor yang telah dibuat untuk mendeteksi gempa dan tsunami tidak akan berguna secara optimal jika tidak didukung oleh sistem komunikasi yang baik pula.Mendeteksi tsunami dan memperingatkan masyarakat akan datangnya tsunami adalah dua hal yang berbeda namun harus saling terkait.
Coba Sobat Tafsi bayangkan apa yang akan terjadi jika pemerintah telah mendeteksi tsunami namun sistem komunikasi untuk memberitahukan masyarakat masih minim?
Bila tsunami terdeteksi, pihak otoritas perlu memperingatkan setiap warga di pesisir secepat mungkin dengan memanfaatkan sistem komunikasi yang baik.
Menurut pengalaman pada tsunami Aceh, kegagalan evakuasi terjadi karena sulitnya menjangkau penduduk akibat tidak adanya infrastruktur komunikasi yang memadai.
Oleh karena itu, perlu diupayakan sistem komunikasi yang dapat menjangkau masyarakat secara luas dalam waktu yang cepat.
#3 Penyuluhan Kepada Masyarakat
Banyaknya jumlah korban yang meninggal dunia pada tsunami Aceh 2004 silam, salah satunya diduga karena minimnya pengetahuan masyarakat mengenai tsunami.Ketika air laut saat itu tiba-tiba surut, masyarakat di pinggir pantai justru pergi ke pantai untuk melihat secara langsung fenomena alam tersebut.
Padahal, seharusnya masyarakat segera pergi menjauhi pantai. Sebagian masyarakat saat itu tidak sadar bahwa fenomena itu merupakan awal bencana.
Menurut ahli, masyarakat setidaknya memiliki waktu 5 menit untuk menjauhi pantai. Dengan melakukan evakuasi dini, kemungkinan jumlah korban dapat ditekan.
Selain minimnya pengetahuan masyarakat mengenai tsunami, masyarakat juga tidak mempunyai persiapan bagaimana melakukan evakuasi jika terjadi tsunami.
Hal itu menyebabkan masyarakat terlalu panik dan ketakutan saat tsunami tiba-tiba menerjang sehingga tingkat keselamatan menjadi rendah.
Oleh karena itu, perlu upaya dari pemerintah untuk melakukan sosialisasi mengenai tsunami dan cara evakuasi mandiri terutama kepada masyarakat pesisir pantai.
Selain itu, Sobat Tafsi yang tinggal di daerah rawan tsunami juga harus mempunyai gagasan untuk mempersiapkan bahan persedian guna menghadapi kondisi darurat.
#4 Menjauhkan Pemukiman dari Tepi Pantai
Dampak terbesar yang ditimbulkan oleh tsunami umumnya berada di daerah dekat pantai atau pesisir. Banyak korban meninggal dunia di daerah tersebut.Untuk meminimalisir dampak tsunami dan menekan jumlah korban meninggal, perlu adanya upaya untuk menata kembali pemukiman warga terutama di dekat pantai.
Pemerintah sendiri sebenarnya telah membuat peraturan mengenai batas sempadan pantai yang salah satunya ditujukan untuk antisipasi bencana.
Peraturan mengenai batas sempadan pantai diatur dalam PerPres No 51/2016. Peraturan ini mengatur tentang pengelolaan wilayah pesisis dan pulau-pulau kecil.
Pemerintah setempat diharapkan dapat segera menata ulang penggunaan ruang di daerah pesisir pantai guna mengantisipasi tsunami di masa yang akan datang.
Oleh karena itu, relokasi pemukiman yang berada di tepi pantai perlu diprioritaskan mengingat wilayah Indoneisia merupakan wilayah rawan bencana alam.
Dengan merelokasi pemukiman ke lokasi yang lebih jauh dari tepi pantai diharapkan dapat meminimalisir dampak jika terjadi tsunami.
#5 Membangun Tempat Evakuasi yang Aman
Selain sistem peringatan dan komunikasi yang baik, pemerintah juga perlu menyediakan shelter atau tempat-tempat yang aman untuk evakuasi jika tsunami terjadi.Pemerintah setempat juga perlu melakukan sosialisasi mengenai shelter tersebut agar masyarakat tahu kemana harus menyelematkan diri saat terjadi tsunami.
Membangun tempat evakuasi yang aman terutama di wilayah yang diketahui rawan tsunami merupakan salah satu upaya yang baik untuk mengantisipasi tsunami.
Baca juga : Jangan Panik, Ini yang Harus Dilakukan Saat Tsunami!
Demikian informasi mengenai gejala alam yang dapat dijadikan patokan atau tanda akan terjadinya tsunami yang dapat edutafsi bagikan.
Jika informasi ini bermanfaat, bantu edutafsi membagikannya kepada teman-teman Kalian agar manfaatnya bisa menyebar lebih luas. Terimakasih.
Oya, edutafsi sadar bahwa informasi yang kami himpun masih belum sempurna. Oleh karena itu, bagi Sobat Tafsi yang memiliki informasi tambahan atau koreksi, kami sangat mengharapkan masukan dari Kalian.
Silahkan share saran atau pengalaman kalian di kolom komentar. Kami yakin, informasi dari pembaca akan sangat berarti bagi pembaca lainnya.
Post a Comment