Edutafsi.com - Toilet Jongkok Versus Toilet Duduk. Hai Sobat Tafsi, mana yang lebih Kalian suka: buang air besar di toilet duduk atau toilet jongkok? Sebagian orang mungkin lebih menyukai toilet duduk termasuk Kalian, tapi jujur saja, penulis jauh lebih suka toilet jongkok. Bukan masalah suka sih sebenarnya, tapi lebih pada masalah kebiasaan.
Penulis yang besar di lingkungan sederhana sudah sedari kecil terbiasa dengan toilet jongkok. Saking terbiasanya, jadi kebingungan saat ngadepin toilet duduk.
Sedikit cerita nih ya, waktu itu penulis mengikuti olimpiade sains yang diadakan di salah satu sekolah menengah atas favorit di Medan.
Kebetulan waktu itu kita menginap di sebuah wisma yang memang disediakan oleh pemerintah kabupaten yang lokasinya cukup jauh dari lokasi olimpiade.
Nah, kebetulan malam itu penulis sudah sesak banget dan harus segera nyetor. Tapi waktu masuk ke toilet, ternyata toiletnya toilet duduk.
Yaudah, mau gak mau penulis berfikir keras dong gimana caranya supaya bisa poop dengan gaya andalan sehari-hari. Jongkok!
Tanpa rasa bersalah, penulis pun menaiki dudukan toilet dan mengambil posisi jongkok seperti biasanya. Aneh tapi mau gimana lagi?
Setelah ngobrol dengan teman-teman, ternyata eh ternyata mereka juga melakukan hal yang sama. Jongkok di atas dudukan toilet.
Yang parahnya lagi, salah satu teman bahkan mengaku merusak dudukan toilet karena Ia menggunakan sepatu saat akan buang air besar.
Nah, berangkat dari pengalaman tersebut, penulis jadi penasaran nih kenapa sih toilet duduk itu didesain demikian? Bukannya poop dalam kondisi duduk itu sulit?
Pada kesempatan ini, edutafsi akan membagikan pandangan mengenai kelebihan dan kekurangan toilet duduk dan toilet jongkok.
Tapi dari segi kesehatan, ternyata posisi duduk atau jongkok sangat berpengaruh pada kelancaran buang air besar dan berdampak terhadap kesehatan.
Dalam sebuah jurnal Digestive Diseases and Sciences, Dov Sikirov mencoba melihat pengaruh posisi (duduk atau jongkok) terhadap kelancaran buang air.
Untuk melihat pengaruh tersebut, Sikirov melakukan penelitian dengan menginstruksikan peserta untuk buang air besar dengan tiga posisi berbeda.
Tiga posisi tersebut yaitu duduk di toilet setinggi 16 inci, duduk di toilet setinggi 12 inci, dan jongkok di atas wadah plastik.
Dalam penelitian tersebut, setiap peserta diperintahkan untuk merekam berapa lama mereka buang air dan mengukur betapa sulitnya usaha mereka pada skala empat poin.
Dari hasil penelitian itu, Sikirov menyimpulkan bahwa peserta yang buang air dengan posisi jongkok menghabiskan waktu lebih sedikit dibandig posisi duduk.
Selain itu, orang-orang yang buang air besar dengan posisi berjongkok juga mengaku merasakan pengalaman buang air besar yang lebih mudah.
Penelitian tersebut merupakan salah satu penelitian yang mencoba melihat postur bagaimana yang lebih bagus untuk buang air besar.
Ternyata, beberapa penelitian lainnya juga menunjukkan suatu hasil yang mendukung penelitian tersebut, bahwa posisi jongkok lebih bagus dari posisi duduk.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, maka posisi buang air besar yang paling dianjurkan adalah posisi jongkok.
Sebenarnya anjuran tersebut bukan masalah jongkok atau duduk, tapi lebih pada ukuran sudut yang dibentuk oleh paha dan perut.
Dari segi kesehatan, dianjurkan untuk buang air besar dengan posisi paha membentuk sudut lebih kurang 35o terhadap perut.
Dengan posisi demikian, maka akan meningkatkan sudut anorektal, yaitu tabung yang dilalui tinja untuk keluar dari tubuh.
Sudut tersebut sebenarnya tidak hanya diperoleh dengan posisi jongkok, tapi bisa juga didapat dengan cara duduk, namun dengan tambahan kursi kecil.
Jadi, ketika buang air di toilet duduk, Sobat Tafsi bisa menggunakan kursi kecil dengan posisi alas kaki berada di atas kursi kecil.
Tujuan penggunaan kursi kecil itu adalah agar terbentuk sudut 35o yang disarankan sehingga tinja lebih mudah untuk dikeluarkan dari tubuh.
Dengan posisi demikian, maka buang air akan lebih mudah karena sudut anorektal cenderung lebih lurus jika dibandingkan posisi duduk.
Dalam posisi duduk, paha membentuk sudut 90o terhadap perut. Hal ini membuat sudut anorektal menjadi bengkok sehingga lebih sulit mengeluarkan tinja.
Baca juga : Bagusan Mana: Makan Pakai Tangan, Sendok, atau Sumpit?
Selain lebih alami, toilet jongkok dinilai lebih baik karena mempermudah proses buang air besar sehingga tidak memakan banyak waktu.
Orang yang terbiasa menggunakan toilet jongkok biasanya cenderung tidak bisa buang air besar menggunakan toilet duduk.
Ada yang aneh ketika kulit paha dan p4nt4t bersentuhan dengan dudukan toilet. Belum lagi sensasi seperti seolah-olah kotoran akan mengenai paha. Hahaha.
Gak kebayang udah mau keluar tapi gak jadi karena ngerasa aneh dengan posisi tersebut. Kotorannya pun jadi seolah niat gak niat buat dikeluarin.
Tapi itu hanya sekedar opini pribadi, untuk lebih pastinya berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan dari toilet jongkok.
Tapi, setidaknya dengan menggunakan toilet jongkok, tidak ada kontak langsung antara kulit dengan toilet tersebut sehingga dirasa lebih higienis.
Karena tidak ada kontak langsung, maka resiko infeksi saluran kemih akibat perpindahan jamur, bakteri, dan kuman dapat diminimalisir.
Lagipula, kalau rajin membersihkan pasti toilet jongkok juga bisa terlihat lebih bersih dibanding toilet duduk. (Ya kan???).
Buang air besar dengan posisi jongkok sebenarnya sekaligus melatih kekuatan kaki dan otot kaki. Ini juga bagus melatih otot dasar panggul.
Terkecuali jika Sobat Tafsi memiliki masalah pada kaki yang menyebabkan susah jongkok, maka toilet jongkok bukanlah pilihan yang tepat.
Selain bagus untuk melatih kekuatan otot kaki, jongkok juga dipercaya bagus untuk membuat bok0ng lebih berbentuk.
Selain itu, jongkok juga baik untuk kesehatan sendi. Di dalam tiap sendi tubuh kita terdapat cairan sinovial, yaitu minyak yang memberi nutrisi pada tulang rawan agar bergerak lebih luwes.
Untuk menghasilkan cairan itu dibutuhkan gerakan dan tekanan, seperti jongkok dalam yang menempelkan kaki ke dada.
Jika persendian tidak digunakan dengan baik, bila pinggul dan lutut kita jarang melewati 90 derajat, maka produksi cairan tersebut akan berkurang.
Ketika jongkok, sudut anorektal atau saluran keluarya tinja cenderung lebih lurus sehingga lebih mudah untuk mengeluarkan tinja.
Selain itu, posisi jongkok juga membantu otot puborectalis lebih rileks, mengurangi jumlah ketegangan yang diperlukan untuk evakuasi tinja.
Itu sebabnya untuk sebagian orang (terutama yang sudah biasa bab jongkok), buang air besar di toilet jongkok terasa lebih mudah.
Karena lebih mudah untuk mengeluarkan tinja, maka tidak perlu terlalu keras dalam mengejan dan bagus untuk mencegah sembelit.
Ambeien merupakan kondisi medis yang ditandai dengan membengkak atau meradangnya saluran vena di sekitar anus sehingga terasa sakit saat buang air.
Posisi jongkok dapat membantu kontraksi otot perut secara maksimal sehingga tenaga untuk mengejan lebih besar dan tinja mudah keluar.
Dengan demikian, proses buang air besar akan berlangsung lebih cepat tanpa terlalu menyiksa. Posisi ini juga memperkecil resiko ambeien.
Salah satu kekurangan dari penggunaan toilet jongkok adalah dapat menyebabkan arthritis, yaitu gangguan lutut akibat peradangan sendi.
Oleh karen itu, toilet jongkok tidak disarankan untuk penderita arthritis. Bagi penderita arthtiris, toilet duduk lebih disarankan karena lebih cocok.
Selain itu, toilet jongkok juga tidak cocok untuk orang usia lanjut (lansia) khususnya yang sudah mengalami kesulitan untuk jongkok.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, toilet duduk dapat disiasati dengan penambahan kursi kecil di bawah kaki untuk mempermudah buang air besar.
Jadi sebenarnya tidak ada alasan untuk menyebut toilet duduk tidak bagus. Hanya saja, kembali lagi itu mungkin masalah kebiasaan.
Di bawah ini edutafsi rangkum beberapa kelebihan dan kekurangan dari toilet duduk. Jadi, Sobat dapat membandingkannya dengan toilet jongkok.
Karena dalam posisi duduk, kita dapat melakukan berbagai aktivitas lainnya tanpa harus terbebani oleh berat tubuh kita.
Karena alasan tertentu terkadang seseorang harus membawa aktivitas lain sambil buang air besar. Salah satunya adalah aktivitas berselancar di internet.
Dengan posisi duduk, pengguna bisa dengan mudah memainkan smartphone atau bahkan laptopnya tanpa harus bersusah payah berhadapan dengan berat tubuh.
Bandingkan jika Sobat Tafsi buang air besar di toilet jongkok, salah-salah smartphone yang Kalian pegang bisa ikut-ikutan nyemplung ke toilet.
Hal ini sangat bagus untuk mereka yang menderita gangguan lutut akibat radang sendih atau buat mereka yang mengalami cedera di bagian lutut.
Selain itu, toilet duduk juga disarankan untuk mereka yang sudah lansia khususnya yang sudah tidak tahan berjongkok dalam waktu yang lama.
Meski jongkok merupakan salah satu terapi yang disarankan kepada ibu hamil, namun untuk buang air besar, toilet duduk rasanya lebih cocok dibanding toilet jongkok.
Hal ini tentu tidak didapatkan dari toilet jongkok yang desainya tidak elegan dan jauh dari kesan mewah. Apalagi material toilet jongkok juga berbeda.
Di tengah perkembangan zaman yang semakin modern dan gaya hidup yang mewah, tentu toilet duduk menjadi pilihan yang tepat buat mereka.
Makanya tidak heran jika toilet duduk digunakan di berbagai tempat besar seperti perkantoran, hotel, restoran, dan pusat perbelanjaan.
Untungnya beberapa pusat perbelanjaan sadar betul bahwa pengunjungnya tidak semuanya kelas atas jadi masih menyediakan toilet duduk. (Hahah curhat lagi!).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, posisi duduk membuat sudut saluran anorektal menjadi bengkok dan sulit dilalui tinja.
Hal ini membuat proses buang air besar menjadi sedikit lebih sulit sehingga dibutuhkan usaha yang lebih ekstra (mengejan) untuk megeluarkan tinja.
Ketika menggunakan closet duduk, otot perut sulit berkontraksi secara maksimal sehingga proses buan air besar menjadi lebih lama.
Posisi duduk yang terlalu lama menyebabkan paha menekan di dudukan closet sehingga aliran darah dari bawah ke atas terhambat. Hal ini dapat memicu ambeien.
Tapi bagaimana dengan toilet duduk yang berada di toilet umum? Tentu saja kita tidak bisa menjamin kebersihannya seratus persen.
Ketika menggunakan toilet duduk, terjadi kontak langsung antara kulit dan dudukan toilet sehingga meningkatkan resiko perpindahan kuman, jamur, dan bakteri.
Apalagi menurut penelitian, jutaan kuman, bakteri, dan virus dapat berkembang biak secara cepat di dalam toilet duduk, terutama jika kebersihannya tidak dijaga.
Toilet duduk yang tidak higienis dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, anyang-anyangan, keputihan, infeksi rongga rahim, dan sebagainya.
Nah, dari penjelasan di atas, menurut Sobat Tafsi, mana nih yang lebih bagus? Toilet duduk atau toilet jongkok? Komen di bawah ya.
Baca juga : Antara Almamater dan Prestasi, Mana Lebih Unggul?
Demikian pembahasan mengenai mana yang lebih sehat, toilet duduk atau toilet jongkok. Semoga pembahasan ini bermanfaat.
Jika pembahasan singkat ini bermanfaat buat dibaca, bantu edutafsi ya buat share ke teman-teman kalian mlalu sosial media. Terimakasih.
Penulis yang besar di lingkungan sederhana sudah sedari kecil terbiasa dengan toilet jongkok. Saking terbiasanya, jadi kebingungan saat ngadepin toilet duduk.
Sedikit cerita nih ya, waktu itu penulis mengikuti olimpiade sains yang diadakan di salah satu sekolah menengah atas favorit di Medan.
Kebetulan waktu itu kita menginap di sebuah wisma yang memang disediakan oleh pemerintah kabupaten yang lokasinya cukup jauh dari lokasi olimpiade.
Nah, kebetulan malam itu penulis sudah sesak banget dan harus segera nyetor. Tapi waktu masuk ke toilet, ternyata toiletnya toilet duduk.
Yaudah, mau gak mau penulis berfikir keras dong gimana caranya supaya bisa poop dengan gaya andalan sehari-hari. Jongkok!
Tanpa rasa bersalah, penulis pun menaiki dudukan toilet dan mengambil posisi jongkok seperti biasanya. Aneh tapi mau gimana lagi?
Setelah ngobrol dengan teman-teman, ternyata eh ternyata mereka juga melakukan hal yang sama. Jongkok di atas dudukan toilet.
Yang parahnya lagi, salah satu teman bahkan mengaku merusak dudukan toilet karena Ia menggunakan sepatu saat akan buang air besar.
Nah, berangkat dari pengalaman tersebut, penulis jadi penasaran nih kenapa sih toilet duduk itu didesain demikian? Bukannya poop dalam kondisi duduk itu sulit?
Pada kesempatan ini, edutafsi akan membagikan pandangan mengenai kelebihan dan kekurangan toilet duduk dan toilet jongkok.
Cara Buang Air Besar yang Benar
Bagi orang awam, mungkin posisi saat buang air besar tidak begitu menjadi masalah, mau duduk atau jongkok yang penting bisa buang air.Tapi dari segi kesehatan, ternyata posisi duduk atau jongkok sangat berpengaruh pada kelancaran buang air besar dan berdampak terhadap kesehatan.
Dalam sebuah jurnal Digestive Diseases and Sciences, Dov Sikirov mencoba melihat pengaruh posisi (duduk atau jongkok) terhadap kelancaran buang air.
Untuk melihat pengaruh tersebut, Sikirov melakukan penelitian dengan menginstruksikan peserta untuk buang air besar dengan tiga posisi berbeda.
Tiga posisi tersebut yaitu duduk di toilet setinggi 16 inci, duduk di toilet setinggi 12 inci, dan jongkok di atas wadah plastik.
Dalam penelitian tersebut, setiap peserta diperintahkan untuk merekam berapa lama mereka buang air dan mengukur betapa sulitnya usaha mereka pada skala empat poin.
Dari hasil penelitian itu, Sikirov menyimpulkan bahwa peserta yang buang air dengan posisi jongkok menghabiskan waktu lebih sedikit dibandig posisi duduk.
Selain itu, orang-orang yang buang air besar dengan posisi berjongkok juga mengaku merasakan pengalaman buang air besar yang lebih mudah.
Penelitian tersebut merupakan salah satu penelitian yang mencoba melihat postur bagaimana yang lebih bagus untuk buang air besar.
Ternyata, beberapa penelitian lainnya juga menunjukkan suatu hasil yang mendukung penelitian tersebut, bahwa posisi jongkok lebih bagus dari posisi duduk.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, maka posisi buang air besar yang paling dianjurkan adalah posisi jongkok.
Sebenarnya anjuran tersebut bukan masalah jongkok atau duduk, tapi lebih pada ukuran sudut yang dibentuk oleh paha dan perut.
Dari segi kesehatan, dianjurkan untuk buang air besar dengan posisi paha membentuk sudut lebih kurang 35o terhadap perut.
Dengan posisi demikian, maka akan meningkatkan sudut anorektal, yaitu tabung yang dilalui tinja untuk keluar dari tubuh.
Sudut tersebut sebenarnya tidak hanya diperoleh dengan posisi jongkok, tapi bisa juga didapat dengan cara duduk, namun dengan tambahan kursi kecil.
Jadi, ketika buang air di toilet duduk, Sobat Tafsi bisa menggunakan kursi kecil dengan posisi alas kaki berada di atas kursi kecil.
Tujuan penggunaan kursi kecil itu adalah agar terbentuk sudut 35o yang disarankan sehingga tinja lebih mudah untuk dikeluarkan dari tubuh.
Dengan posisi demikian, maka buang air akan lebih mudah karena sudut anorektal cenderung lebih lurus jika dibandingkan posisi duduk.
Dalam posisi duduk, paha membentuk sudut 90o terhadap perut. Hal ini membuat sudut anorektal menjadi bengkok sehingga lebih sulit mengeluarkan tinja.
Baca juga : Bagusan Mana: Makan Pakai Tangan, Sendok, atau Sumpit?
Kelebihan dan Kekurangan Toilet Jongkok
Dari ulasan mengenai postur yang dianjurkan untuk buang air besar, tentu kita sudah dapat melihat kelebihan dari toilet jongkok.Selain lebih alami, toilet jongkok dinilai lebih baik karena mempermudah proses buang air besar sehingga tidak memakan banyak waktu.
Orang yang terbiasa menggunakan toilet jongkok biasanya cenderung tidak bisa buang air besar menggunakan toilet duduk.
Ada yang aneh ketika kulit paha dan p4nt4t bersentuhan dengan dudukan toilet. Belum lagi sensasi seperti seolah-olah kotoran akan mengenai paha. Hahaha.
Gak kebayang udah mau keluar tapi gak jadi karena ngerasa aneh dengan posisi tersebut. Kotorannya pun jadi seolah niat gak niat buat dikeluarin.
Tapi itu hanya sekedar opini pribadi, untuk lebih pastinya berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan dari toilet jongkok.
#1 Toilet Jongkok Lebih Higienis
Well masalah kebersihan memang relatif ya dan biasanya toilet duduk memang terlihat lebih bersih dibanding toilet jongkok (faktor kepribadian juga).Tapi, setidaknya dengan menggunakan toilet jongkok, tidak ada kontak langsung antara kulit dengan toilet tersebut sehingga dirasa lebih higienis.
Karena tidak ada kontak langsung, maka resiko infeksi saluran kemih akibat perpindahan jamur, bakteri, dan kuman dapat diminimalisir.
Lagipula, kalau rajin membersihkan pasti toilet jongkok juga bisa terlihat lebih bersih dibanding toilet duduk. (Ya kan???).
#2 Jongkok Melatih Kekuatan Otot Kaki
Selain lebih higienis dan meminimalisir perpindahan kuman, toilet jongkok secara tidak langsung membantu melatih kekuatan otot kaki.Buang air besar dengan posisi jongkok sebenarnya sekaligus melatih kekuatan kaki dan otot kaki. Ini juga bagus melatih otot dasar panggul.
Terkecuali jika Sobat Tafsi memiliki masalah pada kaki yang menyebabkan susah jongkok, maka toilet jongkok bukanlah pilihan yang tepat.
Selain bagus untuk melatih kekuatan otot kaki, jongkok juga dipercaya bagus untuk membuat bok0ng lebih berbentuk.
Selain itu, jongkok juga baik untuk kesehatan sendi. Di dalam tiap sendi tubuh kita terdapat cairan sinovial, yaitu minyak yang memberi nutrisi pada tulang rawan agar bergerak lebih luwes.
Untuk menghasilkan cairan itu dibutuhkan gerakan dan tekanan, seperti jongkok dalam yang menempelkan kaki ke dada.
Jika persendian tidak digunakan dengan baik, bila pinggul dan lutut kita jarang melewati 90 derajat, maka produksi cairan tersebut akan berkurang.
#3 Posisi Jongkok Mempermudah Buang Air
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, posisi jongkok saat buang air besar membantu mempermudah proses buang air besar.Ketika jongkok, sudut anorektal atau saluran keluarya tinja cenderung lebih lurus sehingga lebih mudah untuk mengeluarkan tinja.
Selain itu, posisi jongkok juga membantu otot puborectalis lebih rileks, mengurangi jumlah ketegangan yang diperlukan untuk evakuasi tinja.
Itu sebabnya untuk sebagian orang (terutama yang sudah biasa bab jongkok), buang air besar di toilet jongkok terasa lebih mudah.
Karena lebih mudah untuk mengeluarkan tinja, maka tidak perlu terlalu keras dalam mengejan dan bagus untuk mencegah sembelit.
#4 Closet Jongkok Cocok untuk Penderita Ambeien
Nah, dengan penjelasan mengenai sudut anorektal dan tekanan tadi, maka toilet jongkok dinilai sangat cocok untuk penderita ambeien atau wasir.Ambeien merupakan kondisi medis yang ditandai dengan membengkak atau meradangnya saluran vena di sekitar anus sehingga terasa sakit saat buang air.
Posisi jongkok dapat membantu kontraksi otot perut secara maksimal sehingga tenaga untuk mengejan lebih besar dan tinja mudah keluar.
Dengan demikian, proses buang air besar akan berlangsung lebih cepat tanpa terlalu menyiksa. Posisi ini juga memperkecil resiko ambeien.
#5 Toilet Jongkok dapat Menyebabkan Arthritis
Meski memiliki banyak keunggulan dibanding toilet duduk, bukan berarti toilet jongkok tidak memiliki kekurangan atau kelemahan.Salah satu kekurangan dari penggunaan toilet jongkok adalah dapat menyebabkan arthritis, yaitu gangguan lutut akibat peradangan sendi.
Oleh karen itu, toilet jongkok tidak disarankan untuk penderita arthritis. Bagi penderita arthtiris, toilet duduk lebih disarankan karena lebih cocok.
Selain itu, toilet jongkok juga tidak cocok untuk orang usia lanjut (lansia) khususnya yang sudah mengalami kesulitan untuk jongkok.
Kelebihan dan Kekurangan Toilet Duduk
Meskipun secara pribadi penulis tidak menyukai toilet duduk, namun informasi mengenai kelebihan dan kekurangan toilet duduk perlu untuk disampaikan.Seperti yang telah disinggung sebelumnya, toilet duduk dapat disiasati dengan penambahan kursi kecil di bawah kaki untuk mempermudah buang air besar.
Jadi sebenarnya tidak ada alasan untuk menyebut toilet duduk tidak bagus. Hanya saja, kembali lagi itu mungkin masalah kebiasaan.
Di bawah ini edutafsi rangkum beberapa kelebihan dan kekurangan dari toilet duduk. Jadi, Sobat dapat membandingkannya dengan toilet jongkok.
#1 Toilet Duduk Lebih Santai
Mereka yang sudah terbiasa menggunakan toilet duduk berpendapat bawha buang air besar di toilet duduk lebih santai dan nyaman.Karena dalam posisi duduk, kita dapat melakukan berbagai aktivitas lainnya tanpa harus terbebani oleh berat tubuh kita.
Karena alasan tertentu terkadang seseorang harus membawa aktivitas lain sambil buang air besar. Salah satunya adalah aktivitas berselancar di internet.
Dengan posisi duduk, pengguna bisa dengan mudah memainkan smartphone atau bahkan laptopnya tanpa harus bersusah payah berhadapan dengan berat tubuh.
Bandingkan jika Sobat Tafsi buang air besar di toilet jongkok, salah-salah smartphone yang Kalian pegang bisa ikut-ikutan nyemplung ke toilet.
#2 Toilet Duduk Bagus untuk Penderita Arthritis
Nah, karena di toilet duduk kita bisa duduk santai, maka tekanan pada bagian lutut dan pinggul dapat diminimalisir atau ditiadakan.Hal ini sangat bagus untuk mereka yang menderita gangguan lutut akibat radang sendih atau buat mereka yang mengalami cedera di bagian lutut.
Selain itu, toilet duduk juga disarankan untuk mereka yang sudah lansia khususnya yang sudah tidak tahan berjongkok dalam waktu yang lama.
Meski jongkok merupakan salah satu terapi yang disarankan kepada ibu hamil, namun untuk buang air besar, toilet duduk rasanya lebih cocok dibanding toilet jongkok.
#3 Desain Toilet Duduk Lebih Elegan dan Mewah
Salah satu kelebihan yang membuat toilet duduk diminati oleh kalangan menengah ke atas adalah karena desainnya yang elegan, modern, dan mewah.Hal ini tentu tidak didapatkan dari toilet jongkok yang desainya tidak elegan dan jauh dari kesan mewah. Apalagi material toilet jongkok juga berbeda.
Di tengah perkembangan zaman yang semakin modern dan gaya hidup yang mewah, tentu toilet duduk menjadi pilihan yang tepat buat mereka.
Makanya tidak heran jika toilet duduk digunakan di berbagai tempat besar seperti perkantoran, hotel, restoran, dan pusat perbelanjaan.
Untungnya beberapa pusat perbelanjaan sadar betul bahwa pengunjungnya tidak semuanya kelas atas jadi masih menyediakan toilet duduk. (Hahah curhat lagi!).
#4 Closet Duduk dapat Memicu Ambeien
Nah salah satu kekurangan dari toilet duduk yang sebenarnya cukup berdampak terhadap kesehatan adalah dapat memicu ambeien atau wasir.Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, posisi duduk membuat sudut saluran anorektal menjadi bengkok dan sulit dilalui tinja.
Hal ini membuat proses buang air besar menjadi sedikit lebih sulit sehingga dibutuhkan usaha yang lebih ekstra (mengejan) untuk megeluarkan tinja.
Ketika menggunakan closet duduk, otot perut sulit berkontraksi secara maksimal sehingga proses buan air besar menjadi lebih lama.
Posisi duduk yang terlalu lama menyebabkan paha menekan di dudukan closet sehingga aliran darah dari bawah ke atas terhambat. Hal ini dapat memicu ambeien.
#5 Toilet Duduk Kurang Higienis
Kekurangan lainnya dari toilet duduk adalah kurang higienis. Okelah kita di rumah bisa memastikan kebersihan toilet dengan rajin membersihkannya.Tapi bagaimana dengan toilet duduk yang berada di toilet umum? Tentu saja kita tidak bisa menjamin kebersihannya seratus persen.
Ketika menggunakan toilet duduk, terjadi kontak langsung antara kulit dan dudukan toilet sehingga meningkatkan resiko perpindahan kuman, jamur, dan bakteri.
Apalagi menurut penelitian, jutaan kuman, bakteri, dan virus dapat berkembang biak secara cepat di dalam toilet duduk, terutama jika kebersihannya tidak dijaga.
Toilet duduk yang tidak higienis dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, anyang-anyangan, keputihan, infeksi rongga rahim, dan sebagainya.
Nah, dari penjelasan di atas, menurut Sobat Tafsi, mana nih yang lebih bagus? Toilet duduk atau toilet jongkok? Komen di bawah ya.
Baca juga : Antara Almamater dan Prestasi, Mana Lebih Unggul?
Demikian pembahasan mengenai mana yang lebih sehat, toilet duduk atau toilet jongkok. Semoga pembahasan ini bermanfaat.
Jika pembahasan singkat ini bermanfaat buat dibaca, bantu edutafsi ya buat share ke teman-teman kalian mlalu sosial media. Terimakasih.
Post a Comment